AJJ ke Institute Dayakologi: Gerakan Melawan Ketekoran Budaya (1)
Pontianak, FISIP UNTAN- Setelah berkunjung dan belajar di Balai Pelestarian Nilai dan Budaya (BPNB) Kalimantan Barat, kegiatan Antropologi Jalan-Jalan (AJJ) berlanjut ke Institut Dayakologi (ID). Program Studi Antropologi Sosial FISIP Universitas Tanjungpura membawa mahasiswa baru angkatan 2018 turut serta dalam kegiatan ini. Pada Kamis, 6 Desember 2018.
Tujuan kegiatan Antropologi Jalan-Jalan (AJJ) adalah untuk mendekatkan mahasiswa pada kerja-kerja kebudayaan yang dilakukan oleh para praktisi kebudayaan maupun lembaga kebudayaan.
Ruang diskusi Institut Dayakologi penuh dengan mahasiswa Antropologi Sosial. Pak John Bamba (Direktur ID) dan Bang Giring (Aktivis ID) menyambut dengan ramah dan berbagi banyak ilmu dan pengalaman kepada para mahasiswa. Pak John Bamba membuka penjelasan mengenai berdirinya ID yang dimulai tahun 1980-an sebagai babak penting atas kegelisahan berbagai pertanyaan mengenai masalah-masalah yang terjadi di Kalimantan terutama sosial budaya Dayak. Saat itu adalah puncak rezim Orde Baru dan Kalimantan penuh dengan eksploitasi alam besar-besaran. Adanya gerakan kolektif dengan berkumpul dan berpendapat selalu dicurigai dan dianggap subversif. Berbagai ketegangan di saat itu menjadi tantangan yang menumbuhkan ID.
Embrio ID berawal dari adanya kelompok studi yang berkumpul untuk riset dan diskusi yang hasilnya berbentuk tulisan-tulisan kritis. Tahun 1991, ID resmi berdiri dengan konsisten melakukan riset, edukasi, advokasi dan pemberdayaan masyarakat. Sejak didirikan, ID melakukan upaya untuk mendokumentasikan sastra lisan, kesenian, ritual adat, pengobatan tradisional dan sebagainya. Outputnya dalam berbagai bentuk yaitu buku, kaset, dan video dokumenter. Institut Dayakologi mulai tahun 1999 juga melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan untuk mengembangkan muatan lokal (Mulok) berupa adat budaya, seni tradisi dan keterampilan di lembaga-lembaga pendidikan di Kalimantan Barat.
Penjelasan oleh Pak John Bamba semakin menarik dan mendalam. Antusiasme mahasiswa baru terlihat dengan berbagai pertanyaan yang lahir dalam forum. Dengan baju motif Dayak dan topi yang khas, Pak John Bamba perlahan membawa pikiran-pikiran mahasiswa Antropologi Sosial mengembara dalam pergulatan dialektika kebudayaan Dayak. Berbagai bidang kehidupan disentuh dari isu lingkungan, kultural, kepemimpinan lokal, ekonomi, politik, globalisasi, kelompok-kelompok marginal maupun dinamika yang terjadi didalamnya.
selanjutnya baca: