AJJ ke Institute Dayakologi: Gerakan Melawan Ketekoran Budaya (2)

AJJ ke Institute Dayakologi: Gerakan Melawan Ketekoran Budaya

Pontianak, FISIP UNTAN- Setelah berkunjung dan belajar di Balai Pelestarian Nilai dan Budaya (BPNB) Kalimantan Barat, kegiatan Antropologi Jalan-Jalan (AJJ) berlanjut ke Institut Dayakologi (ID). Program Studi Antropologi Sosial FISIP Universitas Tanjungpura membawa mahasiswa baru angkatan 2018 turut serta dalam kegiatan ini. Tujuan kegiatan Antropologi Jalan-Jalan (AJJ) adalah untuk mendekatkan mahasiswa pada kerja-kerja kebudayaan yang dilakukan oleh para praktisi kebudayaan maupun lembaga kebudayaan.

AJJ ke Institute Dayakologi: Gerakan Melawan Ketekoran Budaya(1)

Eksistensi Budaya Dayak

“Eksistensi Dayak tidak bisa lepas dari 3 elemen dasar kebudayaan yang menumbuhkan dan mengembangkan yaitu tanah, hutan dan sungai. Jika salah satu rusak atau hilang maka akan berpengaruh pada kebudayaan Dayak ”, ungkap Pak John Bamba. Masalah besar yang dihadapi sekarang adalah minat pemuda terhadap tradisi budaya lokal semakin menurun. Selain itu ada pergeseran pandangan terhadap kebudayaan. Kebudayaan ditafsirkan sebagai sesuatu yang primitif dan kuno sehingga banyak terabaikan. Budaya modern asing malah menggantikan budaya lokal.

Pak John Bamba menyebut kondisi kebudayaan sekarang dengan istilah “ketekoran budaya”. Tren yang muncul adalah mengagungkan budaya asing sehingga kita asing dengan diri sendiri. Diskusi juga membahas tentang isu lingkungan yang suistanability (berkelanjutan). Suistanability sering disempitkan hanya membicarakan dua aspek yaitu keuntungan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Namun suistanability sering masa bodoh dengan sosial budaya masyarakat. Pembangunan suistanability hanya menjadi slogan manis yang klise dan jauh dari praktek nyata.

Kebudayaan Dayak tidak bisa lepas dari berladang. Bahkan dalam kegiatan beladang ada berbagai ritual adat dalam setiap tahapan beladang yang dilakukan masyarakat. Begitu kaya varietas padi lokal dan tanaman buah dan sayuran. Begitu banyak tanaman obat-obatan. Dan semuanya perlahan menghilang seiring tergerusnya tanah, hutan dan sungai.

Perubahan tidak bisa dipungkiri tetapi perubahan harus dimulai dengan kesadaran, mau bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan dan memahami efek jangka panjang. Tidak boleh ada dominasi, hegemoni, intimidasi maupun diskriminasi. Pak John Bamba menegaskan bahwa masyarakat dan budaya Dayak adalah bagian dari budaya bangsa Indonesia dan bagian dari umat manusia di dunia yang turut memberikan warna dan energi positif kebersamaan. Orang Dayak tidak boleh mengasingkan diri maupun mengasingkan liyan.

Institut Dayakologi memberikan dukungan kepada para mahasiswa baru Antropologi Sosial untuk turut aktif mengembangkan budaya di Kalimantan Barat. Ratusan sub budaya Dayak bisa menjadi ruang yang luas dan terbuka lebar untuk diteliti. Harapan yang sederhana dan semoga bisa terus dirawat oleh Program Studi Antropologi Sosial adalah bisa terus menjalin mitra dan berkegiatan bersama dengan ID.

Terimakasih Institut Dayakologi.

Penulis: Agus Yuliono